Permasalahan :
Saat ini teolog pecah menjadi dua golongan yakni kehendak
bebas (qadar, qadariah, indeterminisme), dan kehendak mutlak (jabr, jabarriyah,
determinisme). Diantara dua golongan tersebut, manakah yang benar? Oke, marilah kita sedikit berpikir :')
Pembahasan :
Kehendak
Bebas (Indeterminisme)
Melihat
situasi seperti apa yang telah dipermasalahkan diatas, saya berpandangan bahwa
segala yang terjadi didunia ini adalah takdir yang berasal dari ALLAH. Karena
semua kejadian pasti ada sebab dan akibatnya. Semua argumentasi dan persepsi
orang-orang tentang takdir tergantung pada cara sudut pandang masing-masing.
Sedangkan tulisan ini mengarah pada cara pandang saya melihat kedua masalah
ini. Pandangan saya membenarkan bahwa semua ini terjadi karena kehendak bebas.
tetapi tetap menyadari bahwa semuanya berasal dan kembali pada kuasa dan takdir
ALLAH.
Bicara
mengenai takdir, itu tergantung pada kondisi seperti apa kita berdiri. Apakah
dalam kehendak bebas (qodariah) atau takdir mutlak (jabarriyah), atau mungkin
kita mempunyai banyak takdir. Semuanya itu kembali pada kita yang menjalani
hidup ini. Kita sendiri yang berusaha untuk memilih satu diantaranya.
Untuk jodoh dan kematian, menurut saya mungkin
ini sebagai takdir yang mutlak. Seperti jodoh, kita telah ditentukan siapa
tulang rusuk kita, dan itu tidak akan tertukar dengan yang lain. Sama halnya
dengan kematian, itu sendiri tidak akan
maju atau mundur sedetikpun. Semua orang akan mempunyai batas waktunya
masing-masing.
Sedangkan
mengenai takdir kita tentang kesuksesan, karir, dan lain-lain di dunia ini
adalah kehendak bebas. ALLAH telah menetapkan nasib dan takdir seseorang,
tetapi manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin untuk merubah
keadaan dan kondisiya. Perubahan itu
bisa di upayakan atas kuasa Ilahi dan ridlo dari-Nya, meski nasib dan suratan
takdir telah tertulis.
Dari
pembahasan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa manusia sudah ditetapkan
suratan takdirnya. Tetapi manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal
mungkin untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik lagi. Mencapai kehidupan
yang baik di dunia maupaun di akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi
pasrah dan tawakal manusia terhadap Penciptanya.
saya salut dengan pemikiran anda mbak admin, setelah membaca postingan anda saya jadi berpikir bahwa garam itu asin, gula itu manis, cabe itu pedas sehingga saya berkesimpulan bahwa hidup ini adalah takdir dan kitalah yang memilih takdir kita sendiri. misalnya saja saya bersandar ditembok yang keropos, kalau saya diam trus tertimpa tembok tersebut maka itu takdir yang saya pilih dan jika saya pindah dan tidak tertimpa tembok tersebut maka itulah takdir yang saya pilih. jadi menurut saya manusia itu lari dari suatu takdir menuju takdir yang lain, tetapi manusia tidak dapat memilih di luar sistem takdir yang telah dibuat oleh tuhan. maaf lho ya, itu cuman pemikiran saya yang picik. maklum, santri sodron dari wetan hehehe...
BalasHapusTerimakasih Santri Sodron :'))
BalasHapusMaaf ya saya membentuk komentar baru, karena html reply nya belon dibenerin.. Hehe komentar anda menarik. Saya tidak membenarkan dan tidak menyalahkan statement anda "jadi menurut saya manusia itu lari dari suatu takdir menuju takdir yang lain, tetapi manusia tidak dapat memilih di luar sistem takdir yang telah dibuat oleh tuhan". Nah terkait dengan statement anda ini, saya mau nanya nih, kalo menurut anda JODOH itu takdir mutlak apa kehendak manusia sendiri untuk menentukan jodohnya yang terbaik buat dirinya sendiri :'))
jika berbicara agama tentu semua percaya bahwa jodoh sudah ditentukan oleh realitas tertinggi, dan kita berusaha untuk mencarinya. Namun, yang menjadi masalah sekarang bahwa banyak orang yang mengatakan kau bukan jodohku sehingga seolah melegalkan penceraian de el el... apakah sesederhana itu? tentu tidak, karena jika demikian menafikan Tuhan Yang Maha Kreatif. heem... kira2 begitu...
BalasHapus